Suatu sore di IGD, seorang ibu muda usia 30an datang bersama suaminya yg tampak tdk jauh berbeda usianya. "Dok, dada kiri saya gak enak, jantung trasa brdebar2 gak keruan dan lemes bgt rasanya dok." Keluh pasien, "ok bu, ibu tiduran dulu ya, biar perawat saya priksa tensi dulu."
Saat saya balik badan suaminya ada di depan saya, "Dok, bisa pake bpjs kan dok?" dengan wajah acuh tak acuh tampak tdk khawatir dengan kondisi istrinya. "Bisa pak, tenang aja." "Saya sih tenang dok, dia tu dok yg ga tenang." Sambil nunjuk istrinya dengan dagunya.
"Yaudah pak, bpk daftarin ibu dulu aja ya ke depan. Biar saya tangani ibu." Tanpa menjawab Sang bapak melengos pergi begitu saja. Saya senyum lalu kembali ke ibu. "Dok, Takikardi dok!" Perawat saya melaporkan. Saya mengernyitkan dahi, "seberapa tinggi?" "200 dok"
"Berapa SpO2?" "94% dok." "Oke, minta Agus bantu pindahin ke bed resus, kasih oksigen nasal kanul 4 liter/mnt, pasang monitor, pasang iv line, trus rekam ekg 12 lead." "Siap,dok" jawab Ella cekatan. Saya ambil stetoskop, "ibu jangan tidur ya, ibu crita apa aja ke saya boleh.",
"Iya dok saya ga tidur kok, saya emg susah tidur tp ini kerasa sejak sejam yg lalu sejak suami saya marah2 dan bentak2in saya". Ibu melanjutkan ceritanya. "Dulu waktu awal nikah saya juga dibikin berdebar2 sama suami tapi bukan seperti ini." Saya nyalakan mode multitasking,
saya mendengar cerita sambil saya periksa, krn secara fisik byk hal yg perlu saya tau, saya lihat wajahnya pucat, saya pegang tangannya mulai terasa dingin, saya tekan kuku pasien warna merahnya baru kmbali setelah 4 detik, dan saya lihat dadanya terlihat grakan nafasnya 28x/mnt.
"Dok, tensinya 80/40, iv line terpasang." lapor Agus. "Oke thank you gus." Saya lihat monitor tampak grafik seperti sandi rumput yang rumput semua tidak ada lapang datar datarnya, narrow QRS reguler, This is not good, SVT tdk stabil, saya ngomong dengan diri sendiri.
"Ella, tolong panggilin suaminya, saya mau bicara, Agus tolong ambilin miloz 4 amp sama siapin ambubag." Keduanya mengangguk terus berkelebat pergi. Saya ke nurse station utk ambil lembar persetujuan tindakan. "Ya dok, manggil saya?" Tanya suami, Saya memasang wajah serius,
"Iya pak saya perlu berbicara dengan tentang kondisi istri, jantungnya berdetak terlalu cepat. Jantung itu memompa seperti ini." Saya mengangkat tangan kanan saya sambil mengepal sempurna lalu membuka sempurna, mengepal lagi membuka lagi, "dengan kecepatan normal 60-80 kali/mnt,
nah ibu 200 pak, belum sempat membuka sempurna sudah mengepal lagi." Saya mencontohkan tangan saya dengan kelima jarinya gemetaran. Mata suaminya melebar "Dok tampaknya serius ya, Trus harus gimana?" "Ya memang serius, kecepatan segitu berarti daya pompanya turun,
tubuhnya jadi tidak mendapatkan darah dan oksigen yg cukup. Terlihat dari tensinya turun, mulai merasa sesak dan dingin." Muncul raut wajah sesal "dok,jujur tadi saya abis bentak2 dia dok, apa itu penyebabnya dok?" Saya diam sejenak tapi menjaga kontak mata,
"jika saya bilang iya, apa yg akan bapak lakukan setelah ini?" Dia tmpak kaget lalu trbawa berfikir. "Bapak jwb nanti ya, skrg saya mau minta persetujuan melakukan tindakan namanya kardioversi. Ini prosedur di mana saya ngasih kejutan listrik ke jantung utk mengembalikan ritme.